PENDIDIKAN | jatimtrending.com – Sudah menjadi rutinitas kita setiap hari, ketika ingin berangkat bekerja pasti kita akan melewati jalan raya yang penuh dengan keramaian lalu-lintas.
Di jalan raya bukan hanya kita sebagai satu-satunya pengguna jalan, akan tetapi di kanan kiri kita ada pengguna jalan raya yang lain yang berseliweran di sekitar kita, baik pengendara mobil, sepeda motor ataupun pejalan kaki.
Yang sering menjadi masalah adalah banyak di antara para pengguna jalan yang tidak sabar berlama-lama di jalan raya dan ingin segera sampai ke tempat tujuan, sehingga tidak jarang dari mereka yang menyerobot dan memotong laju kendaraan pengguna jalan yang lain.
Sesungguhnya Islam melarang keras terhadap pengguna jalan yang sering menyerobot dan memotong laju kendaraan orang lain.
Hal ini sama halnya dengan mengambil hak orang lain .
Rasulullah SAW bersabda :
مَنْ سَبَقَ إِلَى مَا لَمْ يَسْبِقْ إِلَيْهِ مُسْلِمٌ فَهُوَ أَحَقُّ بِهِ
“Barangsiapa lebih dahulu sampai kepada suatu daripada orang muslim lainnya, maka dia yang lebih berhak atas sesuatu tersebut” (H.R. Abu Daud)
Sesuai dengan hadits ini, maka orang yang menerebos antrian adalah orang yang merampas hak orang lain.
Ibnu Hajar al-Asqalaniy mengatakan :
فَالنَّاسُ فِي الْمُبَاحِ كُلُّهُمْ سَوَاءٌ فَمَنْ سَبَقَ إِلَى شَيْءٍ اسْتَحَقَّهُ وَمَنِ اسْتَحَقَّ شَيْئًا فَأَخَذَ مِنْهُ بِغَيْرِ حَقٍّ فَهُوَ غَصْبٌ وَالْغَصْبُ حَرَامٌ
Semua manusia dalam hal sesuatu yang mubah (hak bersama) adalah sama. Karena itu, barangsiapa yang lebih dahulu sampai kepada sesuatu, maka dia yang berhak atasnya dan orang yang berhak atas sesuatu apabila diambil oleh orang lain tanpa hak, maka orang lain tersebut adalah merampas dan merampas itu hukumnya haram. (Fathulbarri : XI/63)
Anas bin Malik menceritakan :
أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُتِيَ بِلَبَنٍ قَدْ شِيبَ بِمَاءٍ، وَعَنْ يَمِينِهِ أَعْرَابِيٌّ، وَعَنْ يَسَارِهِ أَبُو بَكْرٍفَشَرِبَ ثُمَّ أَعْطَى الْأَعْرَابِيَّ، وَقَالَ الْأَيْمَنَ فَالْأَيْمَنَ
Sesungguhnya Rasulullah SAW dibawakan susu yang sudah dicampuri air untuknya, sedangkan di kanan beliau ada seorang Badui dan di kiri beliau ada Abu Bakar. Lalu beliau meminumnya, kemudian sisanya beliau memberikannya kepada orang Badui tersebut. Kemudian beliau bersabda : “Hendaknya dimulai dari sebelah kanan dahulu dan kanan seterusnya” (H.R. Muslim)
Hadits ini memberi petunjuk kepada kita agar dalam menerima sesuatu berlaku hak sesuai dengan antrian.
Dalam hadits ini Rasulullah SAW memberi petunjuk supaya yang didahulukan adalah orang Badui yang berada di sebelah kanan beliau, kemudian orang lain yang juga berada di sebelah kanan setelah orang Badui.
Sementara Abu Bakar, seorang sahabat utama beliau yang juga berada dekat kiri beliau harus menunggu selesai antrian sebelah kanan beliau.
Ini menunjukan sabar dalam antrian merupakan perilaku terpuji dalam agama kita dan menerobosnya merupakan perilaku tidak terpuji.
Dalam kitab Mirqatussu’ud al-Tashdiq Syarah Sulam al-Taufiq karangan Syeikh Nawawi al-Bantaniy disebutkan, termasuk perilaku maksiat badan adalah:
وَمِنْ مَعَاصِى الْبَدَنِ اَخْذُ نَوْبَتِهِ الْغَيْرِ فِي الْمَكَانِ اَوْ الثَّوْبِ اَوِ الْبِئْرِ اَوِ غَيْرِ ذَلِكَ اهـ
“Termasuk ma’siatnya badan adalah mengambil giliran orang lain baik dalam hal tempat, pakaian, mengambil air di sumur, dan tindakan lainnya” (Mirqatussu’ud al-Tashdiq Syarah Sulam al-Taufiq: 157).
Wallahua’lam bisshawab