Jakarta, Jatim Trending – Media Inggris melaporkan bahwa badan keamanan kesehatan (UKHSA) secara resmi tengah memantau varian Covid-19 baru “Deltacron”. Ini adalah perpaduan virus corona varian Delta dan Omicron.
Langkah ini diambil UKHSA, tulis Mirror dan The Telegraph seiring telah teridentifikasinya kasus pada pasien Inggris. UKHSA sendiri menulisnya sebagai “variant in monitoring atau varian dalam pemantauan”.
UKHSA menyatakan varian baru diyakini telah berevolusi pada pasien yang terkena varian Omicron dan Delta secara bersamaan. Jumlah pasti kasus Deltacron tidak diketahui, meskipun para ilmuwan pada tahap ini dilaporkan percaya jumlah kasus rendah.
Seberapa menular atau parah virus yang baru berevolusi ini juga belum jelas. Namun melansir News.co.uk varian ini lebih menular daripada bentuk aslinya,
Sementara itu, Profesor Paul Hunter, pakar penyakit menular di University of East Anglia, mengatakan bahwa varian baru ini tidak seharusnya menimbulkan terlalu banyak ancaman. Karena serapan vaksin yang tinggi di Inggris dan tingkat kekebalan yang kuat terhadap Delta dan Omicron.
“Jadi saat ini saya tidak terlalu khawatir saat ini. Jika Delta dan Omicron jatuh maka, secara teori, (varian) ini harus berjuang untuk lepas landas,” katanya, dikutip Selasa (15/2/2022).
Berita ini juga muncul setelah jumlah kasus mingguan menunjukkan situasi virus corona Inggris terus membaik. Di mana kasus infeksi, kematian, dan rawat inap turun dibandingkan dengan minggu lalu.
Angka resmi terbaru, yang dirilis oleh Departemen Kesehatan pekan lalu, menunjukkan penurunan 29% pada infeksi yang dikonfirmasi untuk minggu ini jika dibandingkan dengan tujuh hari sebelumnya. Mengutip Worldometers, Inggris kini tercatat memiliki total 18.348.029 kasus infeksi dan 159.605 kematian.
Sebelumnya, kemunculan Deltacron sempat dilaporkan seorang dokter di Siprus, 11 Januari lalu, kepada Bloomberg. Namun, temuan Dr Leonidos Kostrikis, seorang profesor ilmu biologi di Universitas Siprus tersebut dibantah sejumlah ilmuwan.
Mereka menyebut Deltacron yang ia maksud mungkin terjadi akibat kontaminasi laboratorium. Namun ia bersikukuh Deltacron yang dia identifikasi menunjukkan tekanan evolusioner pada varian awal untuk memperoleh mutasi dan bukan hasil dari peristiwa rekombinasi tunggal.
Sumber : CNBC Indonesia